Anna sengaja membatalkan semua rapatnya hari
itu. “Hari ini ulang tahun Krisa..” gumamnya, “Aku harus memberikannya
hadiah yang istimewa. Aku belum sempat memberinya selamat atas nilainya
yang sangat memuaskan, aku bahkan tidak mengantarnya di hari pertamanya
masuk ke SMA. Mungkin aku harus membeli hadiah lebih dari satu, sebagai
pengganti kehadiranku sebagai seorang Ibu selama ini. Ya, hadiah yang
banyak pasti bisa mengganti itu semua.”
Dalam
perjalanan pulangnya ke rumah, Anna mampir ke berbagai toko untuk
mencari hadiah istimewa untuk ulang tahun ke 16 putri satu-satunya itu.
Ia membelikan Krisa ponsel paling canggih, laptop keluaran terbaru,
berbagai pershiasan dari mutiara, dan sebuah gaun putih panjang yang
sangat cantik untuk Krisa kenakan di pesta ulang tahunnya malam nanti.
Anna sangat yakin, bahwa barang-barang ini bisa menggantikan perannya sebagai Ibu yang selama ini ia lalaikan. Tidak lupa ia membeli kartu ucapan yang ia atas namakan dari suaminya, karena entah dibelahan dunia bagian mana suaminya kini berada, ia pasti lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahun putri mereka.
Kesunyian menyambut Anna dirumah. Tidak ada party organizer maupun catering yang ia pekerjakan untuk pesta ulang tahun Krisa yang nampak. Tidak ada hiasan, maupun hadiah-hadiah untuk Krisa.
“Asih!
Asih! Apa-apaan ini? Kok sudah jam segini belum ada persiapan apa-apa?
Pestanya kan jam 7 malam?” teriak Anna pada pembantunya itu.
“Maaf
Nyah, tadi pagi semuanya disuruh pulang sama Non Krisa. Dia bilang,
nggaperlu ada pesta, soalnya ngga akan ada yang datang.”
“Omong
kosong! Sekarang Krisa dimana? Sudah pulang sekolah?” Bi Asih pun
mengangguk sambil menunjuk kearah kamar Krisa di lantai 2.
“Non tadi pulang cepat, Nyah, langsung masuk ke kamar, sampai sekarang belum keluar.. Ditawari makan siang juga ngga mau.”
Anna pun bergegas menuju ke kamar putrinya. Ia sedikit kesal karena usahanya untuk mengadakan pesta besar-besaran begitu saja dibatalkan oleh Krisa. ‘Mana mungkin tidak akan ada yang datang?’ pikirnya.
Ia pun mengetuk pintu kamar Krisa. Tidak ada jawaban. Berulang kali Anna memanggilnya, tidak pula ada jawaban. Akhirnya ia pun membuka pintu kamar Krisa yang ternyata tidak terkunci.
No comments:
Post a Comment