Saturday, July 14, 2012

Aku Ada Di Hadapanmu, Maira.. (Part 2)

Sudah enam bulan lebih sejak Krisna terakhir bertemu Maira. Memang, sejak Krisna melanjutkan kuliahnya di Jogja dan Maira melanjutkan kuliahnya di Bandung, mereka jadi jarang bertemu. Apalagi Krisna memang hanya pulang ke Jakarta setiap liburan semester.


13 Juli adalah ulang tahun Maira. Kebetulan pula, hari itu Krisna akan pulang ke Jakarta. Ia tidak sabar untuk bertemu dengan Maira. Berbagai macam hadiah sudah ia siapkan untuk gadis mungil kesayangannya itu, termasuk patung dari clay berbentuk persis seperti Maira yang khusus ia buat sendiri setelah ia mempelajarinya di kampus.

 Krisna telah jauh-jauh hari mengingatkan Maira bahwa ia akan ada di hari ulang tahunnya. Tentu saja Maira senang bukan main. Dari ceritanya, Maira sepertinya sedang tidak memiliki pacar. Bulan April lalu, Maira putus dari Gema, pacar ketiganya sejak kuliah dua tahun yang lalu. Seperti biasa, Maira selalu memacari lelaki yang salah. Kali ini, pacarnya menduakannya, dan mereka pun langsung berpisah. Karena itulah, Krisna pun turut bersemangat untuk merayakan ulang tahun Maira hanya bersama dia dan keluarga Maira.

 Krisna beranjak menuju ke rumah Maira begitu ia tiba di Jakarta. Orang tuanya telah ia beritahu sebelumnya, dan mereka maklum, karena mereka tahu betapa sayangnya putra sulung mereka itu kepada Maira. Dan toh nanti juga Krisna akan lebih lama menghabiskan waktu dirumah..

 Sesampainya di rumah Maira, keadannya sangat lengang. Krisna sedikit bingung, karena biasanya teman-teman Maira lainnya pasti akan berkumpul dirumah Maira untuk merayakan ulang tahunnya. Maira memang tidak pernah merayakan ulang tahunnya di kafe atau restoran, karena masakan ibunya serta kue buatan Krisna jauh lebih lezat dibandingkan harus membeli.


"Siang, Tante Reni.." sapa Krisna pada ibu Maira yang sedang bersantai di teras rumah.
"Wah, nak Krisna! Lama sekali tidak bertemu ya, Tente sampai kangen.. Gemukan ya kamu sekarang!"
"Hehe, maklum Tan, anak kosan, kerjaannya cuma makan. Ngomong-ngomong Maira-nya mana Tante? Kok tumben sudah sore gini belum ada yang ngumpul?"
"Iya nih Kris, Maira masih di jalan pulang dari Bandung. Terjebak macet sepertinya. Padahal Tante sudah masak dari pagi lho.. Tante pikir dia pulang pagi tadi. Kamu tunggu saja ya di kamar Maira," ujar Tante Reni sedikit kecewa.
"Ngga apa-apa Tante, aku ikut siapin semuanya ya. Kebetulan aku bawa beberapa hiasan untuk dekorasi, Maira pasti suka,"
"Oh ya sudah silahkan kalau tidak merepotkan. Tante mau siapkan kuenya dulu. Seharusnya sih satu jam lagi Maira sampai.."


Sudah dua jam Krisna menunggu Maira pulang. Ia sudah berkali-kali mengirimkan SMS ke Maira, mengatakan ibunya dan dia telah selesai menyiapkan semuanya dirumah. Namun, tidaka ada balasan satupun dari Maira. Mereka pun khawatir.

"Aduh, Maira ngga kenapa-kenapa di jalan kan ya? Kok ngga sampai-sampai?" ujar Tante Reni khawatir.
"Biar Papa telepon ya Ma," ujar Om Denny, papa Maira.
"Ngga usah Om, biar Krisna saja." Krisna pun lalu menelepon Maira. Setelah lima kali mnelepon, akhirnya Maira pun mengangkat teleponnya.


"Mai, kamu dimana? Aku, Om, sama Tante sudah nungguin daritadi. Katanya kamu sudah empat jam yang lalu berangkat dari Bandung, kok ngga sampai-sampai?"
"Aku emang berangkat empat jam yang lalu, naik bis, Kris.." jawab Maira lunglai.
"Kamu kenapa lemas begitu? Terus kenapa belum sampai? Mau aku jemput di terminal jam berapa?"
"Ngga apa-apa kok, aku tadi ketiduran di bis. Aku..ngga pulang ke Jakarta, Kris."

"Lho, terus kamu kemana?!" Krisna mulai kesal, namun ia juga khawatir karena tidak biasanya Maira pergi kemanapun tanpa bilang ke orang tuanya.
"Aku lagi menuju Semarang.." terdengar suara Maira mulai memelas mendengar Krisna marah. Ia tahu, sahabatnya itu sangat menyeramkan jika marah, walaupun sebelumnya Maira tidak pernah kena marah oleh Krisna.


"SEMARANG?!? Sama siapa?! Dan kenapa Om Tante ngga tahu?" nada bicara Krisna mulai tinggi. Untungnya, ia sudah pindah ke halaman rumah supaya papa dan mama Maira tidak mendengar percakapan mereka.
"Aku sama Gema..tapi kamu jangan bilang ke Mama Papa ya. Bilang saja aku sama temen-temen kosan. Dia mau kasih surprise buat aku disana, Kris. Ini penting banget buat aku, kamu ngertiin ya, Aku harus tutup teleponnya. Aku janji nanti begitu sampai Semarang aku telepon Mama Papa. Maaf ya Kris. Dah"

Klik. Begitu saja Maira menutup teleponnya sebelum Krisna sempat berkata apapun. Gema? Pria yang sudah menduakannya? Dan sekarang mereka keluar kota BERDUA?! Maira sudah keterlaluan, pikir Krisna. Ia pun memutar otak bagaimana caranya membertiahu orangtua Maira dimana keberadaan Maira sekarang. Tentu saja, sekecewa apapun ia pada Maira, ia tidak akan memberitahu mereka kalau Maira pergi bersama mantan pacarnya. Krisna sedih melihat ekspresi Tante Reni, tak mau berlama-lama, ia pun pamit pulang.

•••

Tiga minggu sudah Krisna berlibur di Jakarta, dua hari lagi ia harus pulang ke Jogja karena perkuliahan akan segera dimulai. Namun, ada yang terasa kurang di liburan ini..ia belum juga bertemu Maira. Sejak pulang dari Semarang dua minggu yang lalu, setiap ia datang ke rumah Maira, gadis itu selalu tidak ada. Pergi dengan Gema, kata Mamanya. Akhirnya, setelah empat kali kesana namun gagal menemui Maira, Krisna pun menitipkan saja hadiah-hadiah ulang tahun Maira yang telah ia siapkan kepada ibunya.

Hari ini Krisna ingin bersantai sejenak di kafe favoritnya dan Maira sambil membaca buku yang baru ia beli. Baru 10 menit ia duduk, Maira masuk dari pintu depan. Wajahnya tampak lesu.

"Ngapain kamu disini? Oh, pasti mau kencan sama Gema ya?" tanya Krisna sinis.
"A-aku..aku tadi ke rumah kamu. Katanya kamu pergi. Aku tebak kamu pasti kesini." jawab Maira takut-takut.
"Ada angin apa kamu cari aku? Tiga minggu aku disini, kamu cuek aja tuh."
Maira terdiam. Ia duduk di kursi di hadapan Krisna. Dan ia menunduk lesu.
"Gema selingkuh lagi?" tebak Krisna. Ia pun melihat air mata jatuh di pipi Maira.
"Dia..ngga selingkuh. Karena ternyata sebulan ini, dia ngga menganggap kalau kita pacaran lagi. K-kita cuma teman dekat, kata Gema. Dan dia berhak j-jalan sama cewek manapun.. Aku ngga nyangka..aku ngga nyangka bisa ketipu lagi sama dia.. Apa salahku?" Maira pun menangis, namun ia berusaha sekuat tenaga menahannya supaya tidak menarik perhatian pengunjung kafe yang lain.

Kamu ngga bisa menghargai orang-orang yang sudah jelas selalu ada buat kamu, demi mengejar orang yang sama sekali ngga peduli sama kamu.



"Kamu hanya terlalu percaya sama orang lain, Mai, sampai mudah kasih mereka kesempatan kedua, tanpa syarat apapun. Mau tahu salah kamu yang sebenarnya apa? Kamu ngga bisa menghargai orang-orang yang sudah jelas selalu ada buat kamu, demi mengejar orang yang sama sekali ngga peduli sama kamu. Dan begitu orang yang kamu kejar mencampakkan kamu, kamu balik lagi ke orang-orang yang sudah kamu tinggalin, tanpa mikirin apa yang mereka rasain.."

Maira tertegun mendengar ucapan Krisna.

"Aku bukan bonekamu Mai, yang bisa kamu tinggalkan dibawah kasurmu begitu kau punya mainan baru, lalu bermain denganku lagi begitu mainan barumu itu rusak. Aku punya perasaan.. Orangtua mu pun punya perasaan. Apa kamu pernah berpikir bagaimana perasaan mereka kalau mereka tahu kamu ke Semarang hanya berdua dengan Gema kemarin?"

"Aku sudah lelah, Maira..tidak dianggap sebagai sahabat oleh kamu, tapi seperti buku diary yang hanya merasakan sedihmu, tapi tidak pernah jadi bagian dari bahagiamu. Aku juga yang terlalu bodoh, karena terlalu sayang sama kamu, sehingga bertahun-tahun bertahan seperti ini, sampai kamu justru terlalu nyaman dan tidak memandangku sebagai lelaki. Tapi cukup sampai disini saja Mai.. Cukup."

Maira terdiam. Ia bahkan sampai berhenti menangis saking kagetnya mendengar ucapan Krisna. Ia tidak sanggup menatap mata Krisna.

"Ayo bangun, aku antar kamu pulang.." ucap Krisna lembut. Sepanjang perjalanan, mereka berdua terdiam. Setelah sampai dirumah Maira, Krisna pun bergegas pulang. Maira ingin sekali berlari mengejar sahabatnya itu, namun ia tidak sanggup...

(Bersambung)