Sunday, December 30, 2012

Canda Sunyi Samudera

Kubiarkan pasir putih masuki sela jari-jari kakiku
kudiamkan buih ombak jahil menggelitik
kusandarkan punggung lelahku pada hangatnya pasir putih.
Terbuai aku oleh sepoi angin
Tersihir aku oleh deburan ombak
Terhipnotis aku oleh semburat indah matahari senja.

Laut yang luas didepan mata, diam tak bersuara
seakan tak ada yang dapat mengusiknya..
Hanya sesekali angin datang menggoda, menggelitik, mengajaknya bermain
Seperti bocah kecil, laut pun bergerak mengikuti
seirama dengan angin yang jahil.
Mereka berdansa bersama seakan tak ada yang mampu mengusiknya
Dan aku terpana, mengamati..


27 September 2012

Perangkap Semu

Terhentak lalu ku terbangun.
Ku coba membuka mata, namun hanya kegelapan yang ada
Terdengar suara tawa bahagia.
Tunggu...itu suaraku!
Tapi disini ku tak tertawa.. disini ku diam tak bergerak.
Lalu darimana datangnya suara itu?
Kemudian ku dengar suara tangis,
tangisanku.
Darimana datangnya tangis itu?
Tiba-tiba kurasakan amarah yang meledak.
Amarahku.
Darimana munculnya amarah itu?

Bagaimana bisa ku mendengar sendiri emosiku, ketika aku sendiri tak tahu dimanakah aku? Bagaimana caranya ku keluar? Kemanakah ku harus melangkah?
Aku tak peduli...ku kan terus berlari
berlari berusaha keluar dari sini.
Namun, tak adakah yang mau menuntunku?


Bandung, 21 September 2012

Friday, December 28, 2012

Kisah Penutup Tahun

Menjelang akhir tahun, tidak terasa.. hmm, sebenarnya sih tidak juga. Beberapa bulan belakangan semua memang terasa berjalan begitu cepat, namun ada juga beberapa bagian yang terasa berjalan amat lambat, yang membuat saya tersiksa sepanjang harinya, ingin hari-hari itu cepat berlalu. Hari-hari yang dulu saya pandang sulit, seperti tak ada akhirnya. Tapi, semua memiliki akhir.. Sama seperti tahun ini, 2012, yang akan berakhir besok.

Bisa dibilang, selama 22 tahun saya hidup di dunia ini, tahun ini merupakan tahun yang amat penuh pembelajaran dan pengalaman, serta merupakan salah satu tahun tersulit namun juga terindah yang pernah saya lalui.

Pada pertengahan tahun, dimulai proses pembelajaran itu. Muncul satu sosok yang begitu saya kagumi, sosok yang lebih berbeda dibanding siapapun yang pernah saya kenal. Yang memancing saya untuk belajar lagi, dan terus belajar.. Tanpa perlu ia mendoktrin saya, ia memancing keluar semua isi otak ini yang dulu saya sembunyikan rapat-rapat. Dia juga mengajari saya banyak hal, hal-hal yang dahulu sulit untuk saya lakukan, bahkan untuk saya pikirkan..

Dipertengahan tahun juga, saya ditinggal salah satu sahabat terbaik saya ke Ibukota untuk mencari nafkah, karena ia telah menyelesaikan pendidikannya di kampus kami, dan telah memasuki jenjang berikutnya: menjadi pekerja. Sangat sulit ditinggal olehnya, karena dia merupakan salah satu orang yang selalu bisa mendengarkan celoteh saya, apapun itu. Yang selalu siap sedia menemani saya, yang selalu mampu menghibur saya. Salah satu orang yang paling saya percayai.. Yah meskipun Bandung-Jakarta itu dekat, tapi pada awalnya sulit menerima kenyataan bahwa saya tidak bisa menemui dia setiap hari lagi.

Dan kemudian, datanglah masa-masa tersulit. Masa yang begitu menyiksa, bukan hanya saya, namun juga orang disekitar saya.. Terutama mantan kekasih saya, yang sampai beberapa bulan yang lalu masih menjadi kekasih saya. Pria yang ada disisi saya setiap saat, yang terkena dampak paling besar atas perubahan yang terjadi pada saya dalam waktu amat singkat.

Dimulai dari munculnya sosok yang saya sebut pertama kali tadi, sosok yang saya kagumi dan membuat saya haus untuk terus belajar. Sosok yang akhirnya membuat saya jatuh hati...disaat saya masih berkomitmen dengan kekasih saya saat itu. Ironis. Karena saya yang dulu adalah saya yang sangat skeptis dan benci menduakan, apalagi menduakan hati. Hingga akhirnya, saat itu, saya membenci diri saya sendiri.. Sampai saya sadar, saya tidak mendua hati. Ternyata entah sejak kapan, saya tidak lagi merasakan cinta seperti yang dulu saya rasakan terhadap kekasih saya saat itu.

Hingga pada akhirnya kami mengalami 2 bulan tersulit dalam masa kami berpacaran selama 5,5 tahun. Betapa banyak perubahan saya yang begitu cepat yang membuat kekasih saya saat itu kaget, betapa banyak pemikiran saya yang dahulu saya coba sembunyikan dan akhirnya ia tahu, dan betapa ia berusaha sekuat tenaga untuk merebut hati saya kembali.. Namun ternyata, memang sudah disitu akhirnya. Akhir dari hubungan kami, akhir dari cerita cinta yang telah lama kami tulis bersama. Hati ini tidak bisa dibohongi. Dan pada akhirnya, saya terlalu lelah untuk membohongi hati saya sendiri..

Sulit, melihat orang yang begitu mencintai saya dengan segenap hatinya harus terluka karena saya. Tapi akan lebih sulit untuk saya, jika saya terus memaksa dan tidak jujur akan perasaan saya. Saya yakin, saat itu hingga saat ini, bahwa yang terbaik untuk dia, untuk saya, untuk kami, adalah berpisah.

Lalu dimulailah hidup saya yang baru...yang benar-benar berbeda dari 6 tahun belakangan.
Sosok itu, selalu ada. Membimbing, menemani, mengajarkan. Ia mengajarkan saya betapa pentingnya menghargai diri sendiri, menghargai orang lain. Ia membuat saya ingin membuka diri saya seutuhnya, diri yang dulu saya anggap hina, namun ternyata begitu luar biasa.

Saya menjadi lebih berani menjadi diri saya apa adanya, tanpa harus menyakiti orang sekitar. Saya lebih berani melangkah, melangkah untuk diri sendiri, karena saya tahu bahwa perjalanan hidup saya, hanya sayalah yang menjalankan. Sosok itu, sosok yang tidak menyadari betapa luar biasanya ia di mata saya..

Jujur, kini, saya merasa lebih ringan melangkah. Lebih lega bernafas. Lebih leluasa berpikir. Saya tidak pernah merasa senyaman ini terhadap diri saya sendiri. Tidak pernah begitu bersyukur terhadap diri saya, hidup saya, dan orang-orang di sekitar saya. Termasuk mereka di masa lalu saya.

Dan dia, sosok yang kini menjadi pendamping hidup saya saat ini (bukan pacar, tetapi pendamping), adalah sosok yang cukup besar andilnya dalam membantu saya menjadi saya yang sekarang. Sosok yang saat ini, detik ini, begitu saya cintai. Dan untuk tahun ini, kehadirannya di hidup saya adalah yang paling saya syukuri..

Dan untuk harapan tahun depan. Hmm, saya sudah mulai belajar untuk tidak menaruh harapan apapun, kecuali mungkin untuk diri saya sendiri.. Saya hanya berharap, saya tidak akan pernah berhenti belajar dan tidak pernah berhenti jujur pada diri sendiri. Untuk sisanya? Biarkan hari esok selalu menjadi misteri yang menyenangkan, yang membuat saya bangun tiap paginya dengan bersemangat untuk memecahkan misteri tersebut :)

Terima kasih, tahun penuh pembelajaran.
Dan terima kasih, Pria 2012..saya cinta kamu saat ini.


Have a great holiday, all, and a wonderful New Year! :)

Monday, December 24, 2012

Goresan Rindu

Aku rindu.
Rindu yang tak terkira, yang bahkan seluruh bintang di angkasa tak sanggup mewakilkannya.
Rindu hangat kehadiranmu, namun justru dingin malam menyelimutiku.. rindu hingar bingar suaramu, karena kini yang terdengar hanya nyanyian sendu serangga.
Nyanyian sendu yang menyayat hati seperti rindu ini.


Aaahh.. apa gerangan yang sedang kau mimpikan saat ini, kasih?
Ada kah bayang wajahku hiasi bunga tidurmu? Atau aromaku, yang mungkin dapat menenangkanmu? Atau mungkin hanya sekedar namaku kau sebut. .dalam ceritamu untuk Tuhan hari ini?
Yang ku tahu pasti, hati ini penuh oleh cinta untukmu, otak ini riuh oleh teriakan yang tak henti menyerukan namamu, dan senyum yang mengembang terus menerus hanya dengan membayangkan wajahmu.. bahkan indah, rasa menyiksa di dada ini akibat merindukanmu.

Aku tak sabar menunggu kehadiran burung pagi nanti, untuk sampaikan rinduku padamu, dan berharap ia akan terbang menghampirimu, menyuarakan kicauan rindu itu.

Sungguh aku rindu, kasih..


Jakarta, 24 Desember 2012

Saturday, December 22, 2012

Malam Tujuhbelas Desember

Malam ini, di Tujuhbelas Desember
dihiasi sinar lampu remang-remang, ditengah keheningan ruangan kubus berpintu ini.
Kita berbaring, berdua. .bercinta dalam kesunyian.

Kau tatap lekat mataku dengan mata tajammu.
Kau sentuh wajahku, perlahan...
Kau pejamkan matamu, dan larut pada suasana. Menikmati setiap ujung jarimu menyentuh tiap titik di wajahku.
Aku pun pejamkan mataku, tenggelam dalam panas sentuhanmu.
Menikmati tiap detik, menikmati tiap belaian.

Perlahan kau sentuh bibirku dengan bibirmu
Lembut, hangat, basah...sungguh rasa yang memabukkan.
Dunia seakan berhenti berputar, jam tanganmu pun sunyi seperti berhenti berdetak.
Kecupan manis yang begitu panjang, hanya ditemani degup jantung kita yang tak mau melambat.

Lambat, semua terasa berjalan begitu lambat, tak seperti degup jantung ini.
Dapat kurasakan manis tiap senti dari bibirmu, geli dan tajam dari tiap helai kumismu, dan hangat dari tiap hembusan nafasmu..
Indah.

Perlahan kau jauhkan bibirmu dari bibirku yang seakan tak mau lepas.
Kau tatap lekat lagi mataku, dan perlahan kau bisikkan
"Sekali lagi, selamat ulang tahun, sayang.."
Setetes air mata keluar perlahan dari sudut mataku.
Air mata yang turut menikmati,
saat kita bercinta dalam kesunyian...


(17 Desember 2012, 22.15)

Api unggun di kala rimis

Api unggun di kala rimis
Perpaduan dua unsur yang saling bertentangan, berdansa dalam harmoni, mencipta romansa penuh janji.
Menghangatkan dan menyinari, namun juga menyejukkan..

Api unggun di kala rimis.
Mungkin itulah gambaran tepat tentang suasana hatiku saat kita pertama bertemu.
Cahaya jingga kemerahan yang berbinar dari wajahmu menyilaukan mataku,
namun senyum kecil dari bibirmu mampu menyejukkan hatiku.
Dua rasa yang berbeda, bercumbu penuh semangat hingga menyesakkan dada.
Romansa yang tercipta, ketika bara api menyambut nyanyian merdu hujan..


(Sebuah tulisan acak-acakan terinspirasi oleh kata-kata seorang dalang kepada seorang teman. Terima kasih, dymiraviori sebagai sumber inspirasi)


Bandung, 18 Desember 2012

Sebatang rokok dalam bungkusan merah


Aku hanyalah sebatang rokok.
Rokok filter yang berharga mungkin untukmu, namun merupakan sebuah racun berbentuk silinder mungkin untuknya.
Aku bukanlah barang berharga tinggi, apalagi langka
bukan kawan yang dapat menemani semalam suntuk, malah mungkin telah habis kau hisap saat cerita ini selesai kusampaikan..
Aku hanyalah sebatang rokok filter,
satu dari begitu banyak batang yang membuatmu candu.
Hisapan demi hisapan, yang kau pikir dapat menginspirasi.
Fana. . .
Aku hanyalah sebuah bentuk fana, sebuah gulungan tembakau biasa saja yang mungkin kau anggap bermakna, meski sekejap saja.
Aku sebatang rokok filter.
Yang dengan umur pendekku ini, kukerahkan segala kemampuanku hanya agar jari telunjuk dan jari tengahmu tak merasa sepi...

Aku sebatang rokok filter,
yang akan mati seselesainya kau tulis ceritaku ini.

Saturday, December 15, 2012

Akhir Sebuah Cerita Cinta

Telah lama cerita cinta itu kami jalin, telah lama hubungan itu kami rajut.. namun layaknya semua cerita, kami pun sampai pada ujungnya, beberapa bulan yang lalu.

Lima tahun lima bulan sebelas hari.
Selama itu kami bersama, menjalani hidup berdampingan, saling mengasihi. Dulu, kupikir ini adalah cerita yang hanya akan diakhiri oleh kematian. Cinta yang akan aku bawa sampai mati. Dulu, ketika aku masih naif, ketika aku begitu jumawa akan kemampuanku mencintai.

Kata demi kata, tindakan demi tindakan, hari demi hari. Begitu banyak kesalahan yang kami lakukan, yang merusak perasaan di hati ini diam-diam, tanpa aku sadari.. yaa, kesalahan yang membunuh cintaku untuknya. Aku tak menyalahkannya, tak akan pernah. Karena aku pun bersalah dalam hal ini, aku pun turut membantu membunuh perasaanku sendiri secara perlahan. Namun tanpa kami sadari..

Hingga akhirnya, hal demi hal yang kami lalui di akhir cerita ini, menyadarkanku tentang keadaan hatiku. Hati yang sebelumnya menyerukan namanya setiap saat, kini telah tiada. Binasa. Dan kami pun perlahan menyadari, cerita ini hampir sampai pada ujungnya. Tak peduli apapun yang kami lakukan untuk memperbaiki keadaan ini, untuk menghidupkan kembali hati penuh cinta untuknya yang telah mati ini, semua tak mampu mengubahnya.

Ya, hati untuknya itu telah mati... karena kami sendiri.
Dan yang telah mati, tak akan bisa dihidupkan kembali, setidaknya mungkin untuk saat ini.

Namun aku sangat bersyukur pada Tuhan, telah memberikan kami kesempatan untuk menciptakan cerita cinta yang begitu panjang dan indah ini. Aku bersyukur pada Tuhan, aku diberi kesempatan untuk mencintai sedalam itu. Aku juga bersyukur pada Tuhan, karena kami telah diberi jalan yang terbaik untuk kami masing-masing. Ya, masing-masing, bukan berdampingan lagi.

Dan, aku bersyukur kepada Tuhan untuk kamu, lelaki yang pernah mengisi hidupku sekian lama..
Lelaki yang dulu selalu ada disisiku, di baik dan buruk ku.
Maaf, jika aku bukan lagi sosok wanita yang dulu begitu kau puja, kau cinta. Tetapi aku yakin, suatu saat, yang terbaik untukmu akan datang..
Aku berharap Tuhan memberimu kekuatan dan keberkatan selalu, dan tak membiarkanmu merasakan setitikpun kesedihan. Karena kau adalah sosok yang telah membantu membentukku menjadi diriku yang sekarang. Diri yang kini dapat kubanggakan.

Berbahagialah, kekasih yang telah lalu..
Aku pernah amat mencintaimu, dan meski hati itu telah binasa, kau tetap salah satu lelaki luar biasa di mataku.

Ini... mungkin akhir dari sebuah cerita cinta.
Tapi yakinlah, ini hanyalah akhir sebuah chapter di hidup kita masing-masing. Jadi, mari kita melanjutkan kisah hidup kita masing-masing, meski kini tak lagi bersama.

Terima kasih! :)

Saturday, December 8, 2012

For That, Love, I Love You More. .

Love, you have no idea what you have done to me..
You have no idea how you affected me.

You stopped the rain in my sky, brought out the brightest sun
You let it snow in my world, yet you warmth me with your heart
You made my world spin so fast, but you make me stand still with the strength from our holding hands.

Love, you turned my world upside down, and at the same time you taught me how to know myself..
You love me for who I am, a woman I never thought I was.
A woman I thought so weak, who apparently could become so strong. .

Love, you are maybe not my everything
but you are a very special thing, that let me know how to love myself before anything else.

And for that, Love, I love you more. . .