Tuesday, April 17, 2012

Krisanthya (Asih - Part 3)

Asih berlari secepatnya begitu ia mendengar teriakan Nyonya Anna, yang berasal dari kamar Nona muda kesayangannya. Firasat buruk sudah muncul sejak tadi pagi ia melihat Krisa pulang cepat dari sekolah dengan baju penuh lumpur dan mata yang membengkak akibat menangis. Krisa langsung mengusir semua orang yang membantu persiapan pesta ulang tahunnya. Baru kali itu Asih mendengar Krisa membentak selama 16 tahun ia merawat Krisa.

“Kalian semua pulang sekarang!! Pestanya batal!! Aku ngga perlu pesta ulang tahun! Pulaaaang!!!” jerit Krisa sambil menahan tangis. Asih pun menghampirinya dan berusaha menenangkannya.

“Non kenapa pestanya dibatalin? Memangnya Non ngga mau ulang tahunnya dirayain?” Tanya Asih lembut.
“Percuma Bi bikin pesta bagus-bagus, kalau ngga ada yang datang. Krisa ngga punya temen, Bi. Papa Krisa aja lupa kalau Krisa ulang tahun, buat apa dirayain?”

 Sedih hati Asih mendengar curahan hati Nonanya itu. Namun ketika Nyonya Anna bertanya kepadanya, ia tidak berani menceritakan apa yang sebenarnya terjadi..

 Asih mendorong pintu kamar Krisa yang setengah tertutup secara perlahan. Ia melihat Nyonya-nya sedang duduk sambil terisak. Ia alihkan pandangannya kearah kamar mandi di kamar Krisa. Dan disitu.. di kusen pintu kamar mandi itu..

 ..terikat kain satin berbagai warna yang disatukan sehingga menjadi panjang, dan terdapat simpul kuat diujungnya. Simpul itu dengan indahnya membalut leher Krisa yang kini sudah tak bernyawa lagi..seakan ia sedang memakai syal dilehernya.

Asih perlahan menyentuh lengan Krisa. Dingin..

Di lantai kamar mandi, Asih menemukan secarik kertas. Dengan menahan tangis, ia membacakan isi kertas tersebut untuk Anna.
Mama, Papa.. maafin Krisa, ngga pernah bisa buat Mama dan Papa bangga sama Krisa. Krisa sadar, Krisa ngga secantik Mama atau sepintar Papa, Krisa juga ngga punya bakat apa-apa.. Disekolah pun ngga ada yang mau jadi temen Krisa, pasti karena Krisa bodoh ya Ma, Pa? Krisa dibenci sama senior Krisa, karena katanya Krisa anak orang kaya yang sombong dan nyebelin..

Krisa jadi sadar, buat apa Krisa hidup terlalu lama kalau hanya bisa menyusahkan Mama dan Papa? Lebih baik Krisa pergi.. Supaya Mama dan Papa bisa bahagia. Supaya Mama dan Papa ngga merasa bersalah ninggalin Krisa dirumah sendirian lagi.

Maaf ya Ma, pestanya Krisa batalin.. Krisa cuma ngga mau Mama bayar mahal untuk hal yang percuma.. Krisa ngga mau melihat wajah Mama yang kecewa sama Krisa lagi karena ngga ada yang datang ke pesta megah Mama.
Papa.. cepat pulang ya, jaga Mama. Jangan tinggalin Mama sendirian dirumah terus ya Pa..

Untuk Bi Asih, maaf ya Bi, Krisa sudah ngga bisa temenin Bibi lagi. Makasih ya udah ngerawat Krisa selama ini.

Mama, Papa, sekali lagi maafin Krisa yaa.. Krisa yakin, kalian akan lebih bahagia tanpa Krisa. Krisa sayang Mama dan Papa..”

 Asih tergolek lemas tepat dibawah kaki Krisa yang masih menggantung. Ia memeluknya, menciuminya, seakan anak kandungnya sendiri yang telah pergi meninggalkannya.

 Anna hanya bisa terus menjerit, melihat tubuh putrinya yang sudah dingin. Ia baru menyadari betapa kesepiannya anaknya selama ini, namun kini semuanya sudah terlambat..

(Krisanthya - End)

No comments:

Post a Comment