Tuesday, April 17, 2012

Krisanthya (Krisa - Part 1)

Krisanthya terbangun lebih cepat pagi ini. Ini adalah hari pertamanya memasuki SMU. Dia bahkan hampir tidak tidur semalaman, tidak sabar menanti hari istimewa ini.

Tentulah dia gembira, karena untuk pertama kali dalam hidupnya, dia merasa akhirnya ia dapat memuaskan keinginan orang tuanya, yaitu masuk ke SMA unggulan di Bandung, yang merupakan almamater ayahnya.
Sejak kecil, Krisa dididik dengan sangat disiplin dan cukup keras oleh ayah dan ibunya. Ketika masih berumur 3 tahun, Krisa sudah diikutkan pada berbagai les seperti les piano, balet, bahkan biola. Namun karena itu bukanlah minat dan bakatnya, tidak sampai sebulan, Krisa pun berhenti karena kemampuannya tidak berkembang.

Sebenarnya Krisa bukanlah gadis cantik yang tidak berotak. Gadis berambut coklat panjang itu memiliki bakat dibidang teater. Ia sangat pandai berakting. Namun orang tuanya berpikir akting bukanlah merupakan sebuah bakat, melainkan hanya kebohongan yang tertutupi dengan baik. Sehingga selama 3 tahun di SMP-nya, Krisa selalu bersembunyi-sembunyi untuk mengikuti latihan teater, dan selama itu pula kedua orang tuanya tidak pernah satu kalipun datang ke pertunjukkan dramanya..

Krisa mengenakan seragam barunya. Ia tampak semakin cantik dengan rok abu-abu seragamnya yang baru. Ia bergumam dalam hati, “Akhirnya aku bisa memenuhi salah satu permintaan Papa dan Mama. Aku yakin mereka sekarang sedang bersiap untuk mengantarku ke sekolah, tidak seperti saat pertama kali aku masuk SMP dulu, mereka malah pergi berbisnis ke Cina. Sekarang mereka pasti menantiku dibawah!” Krisa sungguh tidak sabar lagi. Ia pun memoles wajahnya seadanya, dan berlari menuju ke bawah, ke ruang makan.

“Mana Papa dan Mama, Bi?” Tanya Krisa kepada Bi Asih, pengasuhnya sejak kecil. Ruang makan terlihat lowong, hanya ada Bi Asih, dan seloyang kue Cheesecake kesukaan Krisa di meja.

“Tuan pergi tadi subuh, Non, katanya mengejar pesawat, ada urusan bisnis.. Nyonya pulang agak telat semalam, katanya minta agar tidak dibangunkan. Non sarapan dulu ya, Bibi sudah beli kue kesukaan Non. Habis itu ke sekolahnya diantar pak supir ya.” Krisa diam membisu.

‘Apa lagi salahku?’ teriaknya dalam hati. ‘Aku sudah menyenangkan hati mereka, bukan? Lulus dengan NEM tertinggi di sekolahku, masuk ke SMA favorit. Kenapa mereka tidak juga bangga kepadaku?’

………

Krisa memandang wajahnya di cermin. Ada sedikit bekas memerah berbentuk tangan di pipinya. Baru 3 minggu masuk SMA, namun ia sudah tidak tahan. SMA favorit yang ia kira memiliki murid-murid yang rajin dan disiplin, ternyata sama sekali berbeda.

Sejak hari pertamanya masuk sekolah, ia sudah dijahili oleh gerombolan kakak kelasnya yang perempuan. Katanya karena ia anak orang kaya, namun ia tahu sebenarnya karena pacar salah satu anggota gerombolan itu ada yang menyukai Krisa.

Setiap jam istirahat, mereka selalu menjahili makanan Krisa. Ada yang sengaja mendorongnya sampai jatuh, ada yang diam-diam menaruh sambal yang banyak didalam makanannya, sampai ada yang menjatuhkan kecoa kedalamnya. Tidak hanya itu, setiap pulang sekolah Krisa pun harus menghadap mereka untuk dilabrak. Dan hari ini salah satu dari mereka ada yang menamparnya, karena pacarnya memutuskan dia untuk Krisa. Padahal Krisa bahkan tidak pernah berbicara dengan laki-laki yang mereka maksud..

Krisa bahkan tidak punya teman, karena semua teman sekelasnya takut akan diperlakukan serupa bila mereka berteman dengannya.

Tuhan, apa salahku? Apa salahku sehingga orang tuaku sendiri membenciku? Apa usahaku selama ini belum cukup ya Tuhan? Apakah benar aku yang begitu menyebalkan, sehingga tidak ada satupun orang yang mau berteman denganku? Jawab aku Tuhan..” jerit Krisa.

No comments:

Post a Comment